LAPORAN STUDI KASUS MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
DI SMA NEGERI 1 LAWANG
TAKE HOME UAS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Perpustakaan
yang dibina oleh Bapak Wildan Zulkarnain, S.Pd, M.Pd
oleh
Amalia Rosidah
140131604129
Ika Alifiyah
140131602643
Icmi Noorwihenrita Widya Wiratama
140131603088
Intan Dina Kartika
140131604093
Lilis Safitri
140131603315
Novita Rahayu
1401313678

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan bagaikan jantung dari sebuah sekolah, dari perpustakaan merupakan sumber utama pengetahuan dan sumber ilmu. Keberadaan perpustakaan di sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam menunjang proses belajar siswa, dan menunjang pengetahuan para guru yang berada di sekolah tersebut. Akan tetapi, pada sekarang ini keberadaan perpustakaan di sekolah kurang begitu di perhatikan pada bagian penataan dan pengelolaannya. Jika kita melihat kondisi perpustakaan sekolah di negeri ini, sepertinya tidak terurus. Artinya, perpustakaan belum dikelola secara profesional. Selama ini, peprustakaan hanya dianggap sebagai gudang buku, dan tidak difungsikan secara optimal sebagai pusat sumber belajar. Dari kondisi tersebut, perpustakaan membutuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat material maupun non material. Sumber daya manusia harus mengusahakan secara maksimal agar perpustakaan benar-benar digunakan dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Perpustakaan akan menjadi sebuah tempat yang menyenangkan, dan nyaman apabila dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut bukanlah hal yang sepele, butuh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dari peserta didik, guru, wali murid, ataupun masyarakat.
Oleh karena itu, perlu kajian yang membahas tentang lingkup perpustakaan dan perlu adanya analisis mengapa sebuah perpustakaan kurang maksimal. Apakah kesalahan tersebut berasal dari dalam ataukah dari luar?. Hal ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Dengan observasi ini, akan kita dapat berbagai informasi mengenai kelembagaan sekolah, pengelolaan koleksi, klasifikasi dan katalogisasi, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan sumber daya manusia, strategi pembinaan minat baca, usaha menicptakan pelayanan prima, dan strategi pengembangan perpustakaan.
B. Tujuan
1. Mengetahui Kelembagaan Perpustakaan Sekolah.
2. Mengetahui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan.
3. Mengetahui Cara Klasifikasi dan Katalogisasi.
4. Mengetahui Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan.
5. Mengetahui Pengelolaan Sumber Daya Manusia Perpustakaan.
6. Mengetahui Strategi Pembinaan dan Pengembangan Minat Baca.
7. Mengetahui Usaha Menciptakan Pelayanan Prima Perpustakaan.
8. Mengetahui Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah.
C. Metode dan Langkah Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan narasumber Ibu Nanik Nur Indah Safitri selaku petugas layanan teknis.
Langkah pertama yang dilakukan adalah meminta surat ijin observasi dari universitas, lalu meminta surat ijin dari dinas pendidikan. Setelah itu, menyerahkan surat ijin kepada sekolah. Apakah nantinya disetujui atau tidak. Setelah disetujui, ditentukan tanggal untuk observasi. Dan ketika observasi dilakukan, observer dipertemukan dengan pihak sekolah yang telah didisposisi untuk melakukan wawancara dengan kelompok. Setelah wawancara, dilakukan dokumentasi sebagai bukti bahwa benar-benar melakukan observasi. Ketika observasi selesai, maka kelompo mendapatkan surat keterangan telah melakukan observasi. Dan hasil dari observasi dilaporkan dalam bentuk hardfile.
BAB II
HASIL OBSERVASI
A. Kelembagaan Perpustakaan Sekolah
Struktur organisasi yang ada di perpustakaan SMAN 1 Lawang, secara umum penanggung jawab perpustakaan adalah Kepala Sekolah. Kemudian Kepala Sekolah memberikan wewenang untuk mengurus perpustakaan kepada Kepala Perpustakaan. Kepala perpustakaan memiliki wewenang untuk mengelola dan mengatur segala keperluan yang diperlukan dalam perpustakaan. Dan Kepala Perpustakaan membawahi layanan teknis, layanan baca, dan layanan Teknik Informasi dan Komunikasi, mereka bertugas untuk melayani sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku. Selain itu, komponen dalam struktur perpustakaan bertugas untuk melakukan pengadaan buku, inventarisasi koleksi buku, dan melakukan pemeliharaan koleksi buku di perpustakaan.
Perubahan struktur organisasi di perpustakaan SMAN 1 Lawang, biasanya dalam bentuk Rolling. Rolling pasti dilakukan pada struktur organisasi dengan periode yang tidak ditentukan. Terkadang ada kepala sekolah baru yang tidak mengubah, dan ada kepala sekolah baru yang mengubah serta menginginkan pengurus baru. Namun ada salah satu pustakawan senior yang telah bekerja selama 15 tahun dan tidak pernah dirolling, beliau adalah Ibu Nanik Nur Indah Safitri. Beliau mengetahui mengenai manajemen perpustakaan.
Kepala perpustakaan sering berganti-ganti, karena kepala perpustakaan adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan dan guru yang dipilih itu biasanya karena jam mengajarnya kurang, yaitu hanya 12 jam.
B. Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantung dari kegiatan pendidikan di sekolah. Namun, sekarang perpustakaan kurang memiliki prioritas, terkadang sebuah sekolah lebih memilih untuk menambah kelas dan sedikit melupakan perpustakaan, sehingga perpustakaan menjadi kecil serta kurang layak digunakan, hal itu yang
menyebabkan pengunjungnya berkurang. Selain itu, koleksi bukunya juga terbatas. Perpustakaan SMAN 1 Lawang sudah pernah menjadi juara 1 pada tahun 2013 tingkat Provinsi Jawa Timur, lalu tahun 2014 perpustakaan SMAN 1 Lawang sudah terakreditasi A.
Sampai dengan akhir tahun pelajaran 2014/2015, koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan SMAN 1 Lawang meliputi:
a. Surat kabar, langganan beberapa surat kabar, yaitu Jawa Pos, Kompas, Koran Pendidikan, Soccer, dan Komputek.
b. Majalah, majalah yang diperoleh ada yang berupa sumbangan, seperti Majalah Puspita, Tabloid Bestari, Majalah Bende, Majalah Cerdas, dan lain-lain. Sedangkan majalah yang berlangganan meliputi Majalah Horison, Reader’s Digest, Angkasa, Trubus, National Geographic, Penyebar Semangat, dan Wanita Indonesia.
Untuk jumlah penambahan koleksi selama tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 14.897 buah. Dan jumlah keseluruhannya adalah 82.064 buah meliputi semua jenis buku.
Perbandingan buku fiksi dan nonfiksi yang ada di perpustakaan SMAN 1 Lawang adalah 15% fiksi dan 85% nonfiksi. Namun ada beberapa buku yang tidak diperbolehkan untuk dipinjam untuk dibawa pulang, melainkan hanya boleh digunakan di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Buku yang biasanya tidak diperbolehkan untuk dipinjam dan dibawa pulang oleh siswa adalah buku referensi, majalah, buku khusus OSN (Olimpiade Sains Nasional) boleh dipinjam dan dibaca di perpustakaan namun tidak boleh keluar dari perpustakaan. Buku referensi juga boleh digunakan oleh guru. Selain perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan pusat di SMAN 1 Lawang, tidak disediakan perpustakaan di kelas. Namun, ada yang namanya total library, itu adalah sebutan untuk perpustakaan mini yang disediakan sekolah pada setiap laboraturium. Apabila koleksi buku dalam perpustakaan melebihi 5 eksemplar, maka boleh diletakkan di laboraturium, tetapi harus sesuai dengan bidangnya. Tidak boleh sembarangan menempatkan buku. Hal itu bertujuan memudahkan guru matapelajaran agar tidak perlu jauh-jauh ke perpustakaan pusat untuk meminjam bahan ajar, namun sirkulasi peminjaman buku tetap di perpustakaan. Di laboraturium tidak dipinjamkan pada siswa secara individu dan dibawa pulang, melainkan dipinjamkan secara klasikal. Misalnya ada buku-buku lama yang merupakan buku non Kurikulum13, namun didalamnya ada materi yang sama dengan materi yang diajarkan di Kurikulum 13, materi-materi masih dianggap penting oleh guru dan pembahasannya lebih mudah dimengerti di buku tersebut. Meskipun judulnya sama namun cara penjabarannya lebih mudah dipahami. Buku-buku lama tersebut dapat dipinjamkan ke siswa lalu setelah selesai langsung dikumpulkan kembali. Jadi di kelas-kelas tidak ada perpustakaan karena tidak menggunakan moving class. Selain di perpustakaan, di kantor TU juga terdapat buku perpustakaan, misalnya saja mengenai perkantoran, administrasi, dan lain-lain. Tidak hanya di tempat itu saja, di ruang kepala sekolah terdapat buku perpustakaan tentang kepemimpinan atau leadership.
Dalam kegiatan sirkulasi peminjaman maupun perawatan koleksi perpustakaan sekolah, petugas perpustakaan dibantu oleh anggota KCB (Komunitas Cinta Buku) dan Duta Perpustakaan. Pemilihan KCB dan Duta Perpustakaan dilaksanakan pada saat MOS (Masa Orientasi Siswa), siswa diberi penawaran untuk bergabung di komunitas tersebut. Mereka yang hobi membaca dan menulis akan berantusias untuk mendaftar. KCB datang ke perpustakaan untuk piket, seperti membantu mengembalikan buku ke dalam rak. Selain piket, KCB dan Duta Pustaka mengelola mading perpustakaan satu bulan sekali dengan tema yang berbeda, dan mendapatkan dana sebesar Rp 50.000,00 untuk modal membuat mading. Jadwal berkumpul pada hari Senin dan Sabtu.
Duta pustaka merupakan anggota KCB yang diseleksi dengan angket dan tes psikologi melalui gambar yang kemudian dinilai secara kualitatif oleh sarjana psikologi. KCB bukanlah pengembangan diri, jadi tidak ada nilai, serta tidak ada batas maksimal anggota KCB. Kami hanya memfasilitasi, jika siswa bukan anggota KCB bisa meminjam maksimal 3 buah buku, sedangkan anggota KCB boleh meminjam maksimal 5 buah buku dengan batas pengembalian tetap sama selama 5 hari.
C. Klasifikasi dan Katalogisasi
Prosedur pengkatalogisasian di SMAN 1 Lawang, diawali pengadaan, pengolahan, dan sirkulasi. Pengadaan banyak macamnya, meliputi dropping (buku datang dari pemerintah), pembelian (perpustakaan yang membelikan dari denda, dan dana Bantuan Operasional Sekolah untuk buku, atau jasa print/scan) dan sumbangan (sumbangan masyarakat yang tidak mengikat, termasuk siswa kelas 12 yang lulus akan diminta berupa sumbangan 1 buah buku). Sumbangan masyarakat meskipun tidak mengikat tetap ada kriteria, karena perpustakaan bukan gudang. Yang disumbangkan bukan buku teks atau buku paket, sifatnya buku umum, ada tebal buku yang ditentukan, tidak mengandung unsur SARA dan pornografi, ada syarat-syarat semacam itu.
Pembelian bahan pustaka tidak mengikuti selera yang membeli. Pengurus perpustakaan membuat daftar usulan. Buku-buku yang akan dibeli di tulis dalam sebuah daftar dan ditawarkan pada bapak/ibu guru apakah sesuai dengan bidang studi. Selain itu juga meminta brosur dari penerbit atau toko buku sekelas Gramedia atau Togamas. Setelah data terkumpul, lalu dibelanjakan ke toko buku atau menghubungi penerbit. Termasuk juga usulan dari siswa. Adapun buku dengan judul beragam namun sejenis dibeli karena referensi guru berbeda-beda, tidak sejumlah siswa.
Pada saat pengolahan, buku distepler, diberi label stiker sesuai dengan klasifikasi DDC secara spesifik, dan disampul. Tidak hanya itu saja, buku juga diberi barcode berupa stiker, lidah buku, kantong buku, dan kartu buku. Setelah itu dipajang pada papan pajang. Untuk promosi buku baru, semua judul buku-buku baru ditulis dalam papan pajang, dibantu anggota KCB dan Duta Pustaka.
Sirkulasi merupakan tempat peminjaman dan pengembalian buku. Selain itu tempat siswa mencari buku yang ingin dipinjam. Katalog buku yang digunakan adalah OPAC (Online Public Access Catalog). Namun karena komputer yang disediakan hanya 1 buah, siswa lebih senang mencari secara langsung di rak-rak buku. Sedangkan prosedur pengklasifikasian perpustakaan sekolah berdasarkan atas subjek, daftar isi, dan daftar pustaka. Saat buku datang di perpustakaan sekolah, hal pertama yang dilakukan adalah mencocokkan dengan nota, agar diketahui sesuai tidaknya dengan yang dipesan. Kemudian buku diolah sesuai ketentuan perpustakaan.
Adapun denda yang diterapkan ketika peminjam buku terlambat mengembalikan buku adalah berupa denda uang sebesar Rp 500,00 setiap hari per buku. Tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi untuk mendisiplinkan siswa. Jika siswa menghilangkan buku maka siswa harus segera melaporkan agar ada keberlanjutan dan agar denda tidak terus berjalan. Jika siswa menghilangkan buku maka dibuku induk akan ditulis keterangan hilang. Dan buku yang diganti memiliki keterangan mengganti buku.
D. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Di perpustakaan SMAN 1 Lawang memiliki fasilitas berupa hotspot area, ruang computer, ruang diskusi, lemari untuk menyimpang barang bawaan siswa, meja dan kursi untuk membaca, buku yang beragam, ruang peta, AC, perpustakaan digital, CCTV, dispenser, etalase, papan pajang, rak buku, rak majalah, kursi lesehan, kursi tamu, meja baca dan rak audio visual.
Dalam pengadaan buku tidak ada budget minimal maupun maksimal, Buku dibeli secara kondisional tergantung seberapa banyak uang yang dimiliki. Tidak ada budget yang ditentukan. Pada program memang ada, karena pembelian buku sudah terprogram. Namun program merupakan rencana jika terealisasi. Untuk pembelian, tidak harus pengurus yang membeli, pembelian dapat dilakukan oleh siapa saja dan pembelian apapun yang masuk ke perpustakaan akan diminta fotokopi kuitansi atau bukti pembelian lain. Jadi dari situ dapat diketahui pengeluaran tahun ini sampai berapa dan juga dapat merencanakan pengeluaran tahun depan setidaknya ada peningkatan 10% dari tahun lalu.
Laporan keuangan dalam bentuk laporan perhari, perbulan dan pertahun. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan perpustakaan, tidak cukup apabila hanya mengandalkan dana dari sekolah, maka di perpustakaan disediakan jasa untuk scan, fotokopi dan print. Biaya fotokopi per lembar Rp 200,00. Untuk print per lembar berbeda-beda tergantung warna antara Rp 500,00 sampai Rp 2.000,00. Hasil dari jasa ini diputar lagi untuk membeli tinta. Selain fasilitas di atas ada fasilitas pemeliharaan buku, biasanya jika rusak ringan, bisa diperbaiki sendiri akan diperbaiki. Jika rusaknya berat akan kita jilidkan lagi. Buku yang dijilidkan lagi tidak hanya buku, namun juga majalah pengetahuan seperti trubus dan national geography akan kita bukukan/dibendelkan, masing-masing bendel berisi 6 buah. Alasan dibendel adalah karena isinya ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk perawatan bahan pustaka dari koran, sebagian besar yang memuat nilai pendidikan, buku, dan sekolah akan dibuat kliping dan sisanya dijual ke tukang loak. Yang dikliping adalah yang berhubungna dengan buku dan sekolah.
E. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Adapun persyaratan yang digunakan untuk merekrut pegawai perpustakaan adalah sesuai dengan kebijakan kepala sekolah, yaitu diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan perpustakaan dan pendidikan minimal SMA. Untuk masalah finansial, petugas perpustakaan memiliki tunjangan-tunjangan khusus setiap bulannya sebagai kompensasi dari mengelola perpustakaan mulai dari petugas perpustakaan sampai dengan petugas kebersihan.
Untuk menunjang kualitas para pertugas perpustakaan, ada pembinaan intern dan ekstern untuk meningkatkan kualitas kerja petugas perpustakaan. Pembinaan intern dilakukan dengan cara pembinaan secara mendalam oleh kepala sekolah, sedangkan pembinaan ekstern yaitu dengan workshop atau pelatihan bidang perpustakaan.
F. Strategi Pembinaan dan Pengembangan Minat Baca
Perpustakaan di SMAN 1 Lawang tidak semata-mata hanya digunakan oleh warga sekolah, namun warga sekitar yang haus akan informasi juga boleh berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan. Masyarakat diperbolehkan mengakses perpustakaan pada hari Rabu dan Sabtu dengan jam 07.00-14.00 WIB. Petugas Perpustakaan sekolah melakukan sosialisasi ke kelurahan pada saat PKK kelurahan bahwa perpustakaan di SMAN 1 Lawang juga bisa diakses untuk umum. Tetapi terkadang masyarakat enggan karena kurang nyaman, atau “sungkan”. Masyarakat paling banyak berkunjung pada saat liburan sekolah karena tidak begitu ramai seperti hari biasa. Pada hari biasa perpustakaan buka setiap hari, hari senin sampai dengan kamis buka pukul 06.30 WIB dan tutup pukul 16.00 WIB, hari jum’at buka pukul 06.30 WIB dan tutup pukul 12.00 WIB, hari sabtu buka pukul 06.30 WIB dan tutup pukul 14.00 WIB. Secara keseluruhan, perpustakaan buka lebih dari 48 jam selama satu minggu. Untuk masyarakat sekitar sekolah ada uang jaminan jika meminjam buku, sebesar Rp 15.000,00 karena buku yang dipinjam adalah buku-buku keterampilan yang tidak setebal buku referensi. Jika peminjaman melalui PKK tidak ada uang jaminan karena telah dijamin oleh pengurus PKK. Uang jaminan disimpan, jika buku kembali maka uang jaminan juga dikembalikan. Hanya sebagai jaminan jika buku tidak dikembalikan dan dianggap buku hilang. Uang jaminan merupakan jaminan untuk buku yang dipinjam.
Di perpustakaan SMAN 1 Lawang ini juga pernah menggunakan kartu keanggotaan perpustakaan. Perpustakaan belajar membuat kartu perpustakaan dengan mengikuti perlombaan perpustakaan di tingkat provinsi. Pihak perpustakaan SMAN 1 Lawang memperhatikan dan belajar dalam pembuatan kartu anggota perpustakaan. Akhirnya pihak perpustakaan meminta contoh kertas dan contoh apa saja yang berhubungan dengan pembuatan kartu, lalu membeli alat untuk press, alat untuk memotong, alat pemanas. Pada akhirnya siswa mempunyai dua kartu, yaitu kartu pelajar kartu dan anggota perpustakaan yang menjadikannya tidak praktis. Akhirnya sekarang kartu pelajar otomatis menjadi kartu anggota perpustakaan. Sedangkan untuk masyarakat dibuatkan tersendiri.
Peminjaman buku yang ada di perpustakaan SMAN 1 Lawang untuk masyarakat umum yang dekat dengan sekolah masa peminjaman selama 5 hari. Karena masyarakat lebih menyukai buku-buku mengenai hobi, keterampilan. Jika ada kehilangan buku harus mengganti dengan buku yang sama atau sejenis karena perpustakaan tidak menjual buku.
G. Usaha Menciptakan Pelayanan Prima Perpustakaan
Mengenai konsep ruang perpustakaan sekolah di SMAN 1 Lawang, letaknya dirancang oleh Kepala sekolah bersama tim pembangunan dan di desain sedemikian rupa. Pada umumnya perpustakaan itu redup, view tidak mendukung, dan hening. Pada perpustakaan ini, konsep perpustakaan diubah dan itu yang membuat senang siswa. Konsep diatur agar perpustakaan menjadi nyaman bagi siswa. Jika siswa senang berkumpul, bagaimana cara membuat siswa senang berkumpul di perpustakaan. Pertama memang hanya berkumpul dan mengobrol, namun lama-lama akan melihat buku dan membaca. Selain itu, kursi dibuat tidak menggunakan sandaran agar tidak mengantuk.
Siswa yang ada di SMAN 1 Lawang memiliki antusias yang tinggi untuk berkunjung dan membaca buku di perpustakaan. Mereka melakukannya secara sadar tanpa ada paksaan dari sekolah. Di perpustakaan juga sering digunakan untuk kegiatan belajar mengajar atau biasa disebut hari wajib belajar di perpustakaan. Sebelum menggunakan perpustakaan, terlebih dahulu guru atau ketua kelas berkoordinasi dengan petugas perpustakaan untuk menggunakan ruang diskusi perpustakaan, agar tidak bentrok dengan pengguna yang lain.
H. Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Rencana kedepan untuk meningkatkan perpustakaan sekolah adalah dengan menambah layanan sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku dengan menambah komputer layanan sirkulasi.
Untuk pengembangan Perpustakaan, pada waktu tertentu SMAN 1 Lawang menyelenggarakan kegiatan, misalnya pada event bulan bahasa atau hari pendidikan. Perpustakaan mengadakan berbagai macam lomba seperti cipta puisi, cerpen, dan fotografi. Selain itu, juga ada gebyar yang merupakan puncak acara, pada puncak acara juga ada reward bagi pengunjung perpustakaan tersering dari siswa, bapak/ibu guru, maupun karyawan.
Selama ini, perpustakaan menjadi tempat yang paling sering dikunjungi. Hal ini dibuktikan dengan salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh salah satu mahasiswa dari Universitas Negeri Malang, dari data yang diperoleh didapati bahwa tempat yang paling sering dikunjungi adalah perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya minat baca dari siswa tinggi, hanya saja perlu sedikit dorongan dari guru agar lebih mengembangkan minat bacanya.
Beberapa usaha yang dilakukan misalnya dengan mengadakan promosi buku-buku baru, mengadakan beberapa lomba, dan masih banyak lagi yang lainnya. Serta penambahan koleksi buku yang terbaru, perbaikan fasilitas mulai dari buku hingga pelayanan. Semua itu dilakukan tidak lain tujuannya adalah melayani dengan semaksimal mungkin demi kepuasan pemustaka.
BAB III
ANALISIS
A. Kelembagaan Perpustakaan Sekolah
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa perpustakaan yang terdapat di SMAN 1 Lawang secara keseluruhan sudah bagus. Namun, pada susunan organisasi ada yang berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal dalam Prastowo (2012), Ia menyebutkan bahwa struktur organisasi terdiri dari 4 bagian pokok, yaitu: Kepala perpustakaan, Unit Tata Usaha, Unit Pelayanan Teknis, dan Unit Pelayanan Pembaca. Sedangkan struktur organisasi perpustakaan SMAN 1 Lawang terdiri dari Kepala Perpustakaan, Layanan Teknis, Layanan Baca, dan Layanan TIK. Unit Tata Usaha tidak ada secara khusus. Layanan TIK lebih diutamakan karena memang perpustakaan ini banyak menggunakan software yang dirancang sendiri demi pelayanan yang prima kepada pemustaka.
B. Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan SMAN 1 Lawang memiliki jumlah buku yang tergolong banyak untuk memenuhi kebutuhan warga sekolah. Bahkan perpustakaan ini juga membuka akses bagi warga sekitar sekolah untuk meminjam buku yang ada di perpustakaan. Selain perpustakaan pusat, terdapat perpustakaan lain yang biasanya terdapat di ruang laboratorium, buku yang disediakan pun menyesuaikan dengan fungsi dari laboratorium tersebut.
Namun, untuk perbandingan koleksi fiksi dan nonfiksi ada perbedaan dengan yang dikemukakan oleh Yusuf dan Suhendar dalam Prastowo (2012). Mereka menyebutkan bahwa perbandingan buku fiksi dengan non fiksi adalah 60%:40%. Sedangkan yang ada di perpustakaan SMAN 1 Lawang perbandingannya adalah fiksi dan nonfiksi 15%:85%. Hal ini sangat berbeda jauh dengan yang dikemukakan Yusuf dan Suhendar. Alasan mengapa nonfiksi lebih banyak adalah karena perpustakaan SMAN 1 Lawang lebih mengutamakan buku-
buku yang berisi pengetahuan dan memuat isi yang berhubungan dengan matapelajaran.
Pengadaan buku yang dilakukan perpustakaan SMAN 1 Lawang sudah sesuai dengan teori. Begitu pula dengan pengolahan buku. Semuanya sudah terstruktur dan dilaksanakan dengan sangat baik. Kerja sama antara petugas cukup bagus, sehingga semuanya bisa berjalan dengan yang semestinya
C. Klasifikasi dan Katalogisasi
Kegiatan katalogisasi yang dilakukan di perpustakaan ini sudah bagus, perpustakaan ini telah menggunakan DDC (Dewey Decimal Classification). Penataan buku yang terdapat di perpustakaan ini ditata dengan rapi sehingga memudahkan pembaca maupun peminjam untuk mencari buku yang dimaksud. Bagi peminjam yang terlambat mengembalikan buku yang dipinjam maka akan dikenakan denda sebesar Rp 500,00 per hari per buku.
Di SMAN 1 Lawang terdapat dua katalaog saja, yaitu katalog pengarang dan katalog subjek, sedangkan katalog judul tidak ada. Hal ini kurang sesuai dengan yang dikemukakan Prastowo (2012). Dalam bukunya, ia menyebutkan dibutuhkan tiga katalog. Meskipun penggunaannya kurang begitu berarti, tetapi ketiga katalog ini seharusnya ada dalam setiap perpustakaan. Tujuannya adalah memudahkan pemustaka untuk mencari bahan pustaka secara manual.
Untuk klasifikasi, perpustakaan SMAN 1 Lawang mengklasifikasikan berdasarkan subyeknya. Hal ini sudah sesuai dengan yang ada dalam teori.
D. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Perpustakaan SMAN 1 Lawang tergolong sebagai perpustakaan yang berkelas, karena terdapat berbagai macam sarana dan prasarana penunjang pemuasan seperti AC, kipas angin, CCTV, fasilitas baca mandiri, internet, hotspot area, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada pula ruangan khusus untuk kepala perpustakaan, untuk petugas perpustakaan, ruang diskusi, dan gudang. Susunannya juga disusun secara rapi dan mempertimbangkan kenyamanan dari pemustaka. Pihak sekolah mengusahakan dengan berbagai cara agar pemustaka merasa betah dan nyaman berada di dalam perpustakaan. Misalnya saja, penampilan perpustakaan tidak dibuat “redup”, perpustakaan ini berdinding kaca dan berada di lantai dua. Sehingga pemandangan terlihat begitu indah. Di sebelah timur terdapat gunung dan pemandangan yang sangat menakjubkan. Pada saat pagi tiba, kita dapat melihat sunrise. Selain itu, kebersihan juga diutamakan, tidak terlihat satu sampah pun di dalam perpustakaan. Bahkan perpustakaannya harum dan nyaman. Tidak heran jika antusiasme siswa untuk membaca buku di perpustakaan ini sangat tinggi. Pada jam-jam istirahat maupun jam pulang sekolah banyak siswa yang datang ke perpustakaan untuk membaca buku maupun untuk mengembalikan buku, bahkan mereka memiliki kesadaran untuk antri dalam mendapatkan pelayanan.
E. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Perpustakaan
Perpustakaan ini memiliki anggota yang disebut dengan KCB (Komunitas Cinta Baca) dan Duta Perpustakaan, mereka bertugas membantu kegiatan yang ada di perpustakaan. Tenaga pustakawan yang terdapat di perpustakaan ini pun memiliki kemampuan yang cukup mumpuni di bidangnya.
Untuk peningkatan kualitas, dilakukan secara intern dan ekstern. Intern dilakukan oleh kepala sekolah yang memberikan pembinaan. Sedangkan ekstern adalah pembinaan melalui workshop, seminar, dan pelatihan lainnya. Pembinaan-pembinaan ini tujuannya adalah demi peningkatan kemampuan para petugas. Hal ini sudah sesuai dengan yang ada pada teori.
F. Strategi Pembinaan dan Pengembangan Minat Baca
Tingkat minat baca di perpustakaan SMAN 1 Lawang tergolong sangat tinggi, karena perpustakaan hanya sepi waktu pelajaran berlangsung. Ketika memasuki jam istirahat atau jam pulang, suasana perpustakaan yang pada awalnya sunyi, sepi, dan tenang berubah menjadi seperti mall yang mengadakan diskon besar-besaran. Perpustakaan ini rasanya tidak cukup untuk menampung semua orang yang datang berkunjung. Bahkan untuk berjalan saja rasanya susah. Ini sudah menunjukkan bahwa upaya sekolah untuk meningkatkan minat baca pada peserta didik sudah maksimal. Tanpa harus disuruh dan dipaksa, peserta didik memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengunjungi perpustakaan. Selain itu, dapat dilihat ketika peserta didik meminjam buku. Buku yang dibawa tidak hanya 1-2 saja. Melainkan hampir seluruh siswa meminjam jumlah maksimal peminjaman, yaitu 3 buku. Untuk sirkulasi saja sampai membentuk antrian yang panjangnya sekitar 20 meter. Peserta didik tidak berebut dalam sirkulasi, mereka sangat tertib dan patuh pada peraturan yang berlaku.
G. Usaha Menciptakan Pelayanan Prima Perpustakaan
Pelayanan yang dilakukan oleh perpustakaan sudah tergolong prima. Terlihat dari seberapa antusiasnya peserta didik untuk mengunjungi perpustakaan. Pada jam-jam tertentu perpustakaan selalu ramai dan hanya sepi ketika jam pelajaran saja. Fasilitas yang disediakan juga tergolong lengkap untuk perpustakaan setingkat SMA. Koleksi yang disediakan lengkap sehingga memudahkan pemustaka untuk mencari bahan referensi. Selain itu, petugasnya juga ramah dan murah senyum. Perpustakaan bagaikan rumah kedua di sekolah bagi peserta didik. Mereka betah berada berjam-jam di perpustakaan. Perpustakaan ini dikemas dengan konsep bagaimana tempat nongkrong dipindah di perpustakaan. Perpustakaan biasanya hening, namun di perpustakaan SMAN 1 Lawang tidak dibuat seperti itu, perpustakaan dibuat senyaman mungkin agar pemustaka betah. Misalnya diputarkan beberapa lagu dan peserta didik bisa memesan atau request lagu apa yang mereka inginkan. Meskipun dikemas seperti “tempat nongkrong”, tetapi peraturan tetap ditegakkan di perpustakaan ini. Jika memasuki perpustakaan harus mengisi daftar kunjungan, meletakkan tas pada tempat yang disediakan. Apabila ada yang melanggar, maka petugas akan memperingatkan dengan cara yang sopan. Bukan dengan cara yang kasar.
H. Strategi Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah melakukan promosi setiap ada buku baru yang datang, dengan menuliskan judul-judul buku tersebut pada papan pajang. Selain itu, buku baru tersebut juga diletakkan pada papan display buku baru. Setelah seminggu, buku tersebut akan dikembalikan sesuai tempatnya. Promosi tidak hanya dilakukan pada lingkup sekolah, melainkan guru, dan masyarakat sekitar. Misalnya pengenalan perpustakaan sekolah di kelurahan, pada pengenalan tersebut pihak sekolah menjelaskan bahwa perpustakaan bukan hanya digunakan oleh peserta didik saja. Tetapi bisa digunakan oleh masyarakat umum, namun memiliki aturan tertentu. Misalnya dengan membayar uang jaminan, membuat kartu tanda anggota, dan menaati peraturan yang berlaku.
Selain promosi, perpustakaan juga mengadakan lomba, bulan bahasan, pameran, dan masih banyak yang lainnya demi menarik minat peserta didik untuk mengunjungi perpustakaan.
Perpustakaan SMAN 1 Lawang menyediakan perpustakaan digital. Tetapi hanya bisa diakses di perpustakaan itu sendiri. Harapannya adalah perpustakaan digital ini bisa diakses oleh peserta didik dirumah. Rencana ini masih dikembangkan lagi oleh pihak sekolah. Inilah alasan mengapa pihak sekolah lebih mengutamakan petugas di bidang TIK. Karena tuntutan zaman yang sudah memasuki era globalisasi, sehingga perpustakaan sekolah juga tidak mau kalah dan tertinggal majunya zaman. Perpustaaan SMAN 1 Lawang berupaya agar perpustakaannya selalu update, terdepan, dan mengikuti era globalisasi. Tidak heran apabila perpustakaan ini sudah mendapatkan akreditasi “A” dan memenangkan juara 1 lomba perpustakaan sekolah tingkat provinsi. Maka dari itu, sekolah harus mempertahankan prestasinya dan terus meningkatkan pelayanan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur kepengurusan dalam perpustakaan antara lain, penanggung jawab perpustakaan adalah Kepala Sekolah. Kepala Sekolah memberikan wewenang untuk mengurus perpustakaan kepada Kepala Perpustakaan.Kepala perpustakaan memiliki wewenang untuk memanajemen dan mengatur segala keperluan yang diperlukan dalam perpustakaan. Kepala Perpustakaan membawahi bawahan antara lain: layanan teknis, layanan baca, dan layanan TIK.
Prosedur sekolah dalam mendirikan perpustakaan di SMAN 1 Lawang adalah termasuk dalam prosedur mendirikan sekolah. Karena perpustakaan merupakan jantung dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Dalam kegiatan sirkulasi peminjaman maupun perawatan koleksi perpustakaan sekolah, petugas perpustakaan biasanya dibantu oleh anggota KCB (Komunitas Cinta Buku).Pemilihan KCB dan Duta Perpustakaan dilaksanakan pada saat MOS.
Perpustakaan di SMAN 1 Lawang tidak semata-mata hanya digunakan oleh warga sekolah, namun warga sekitar boleh berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan. Masyarakat diperbolehkan mengakses perpustakaan pada hari Rabu dan Sabtu jam bebas. Seperti siswa lainnya, jika masyarakat meminta bisa dibuatkan kartu keanggotaan perpustakaan.
Prosedur pengkatalogisasian di SMAN 1 Lawang, diawali pengadaan, pengolahan, dan sirkulasi. Pengadaan banyak macamnya, dropping (buku datang dari pemerintah), pembelian (perpustakaan yang membelikan dari denda, dan dana BOS untuk buku, atau jasa print/scan) dan sumbangan. Juga ada sumbangan dari masyarakat yang sifatnya tidak mengikat.
Pada pengolahan, buku distreples, diberi label stiker sesuai dengan klasifikasi DDC secara spesifik, dan disampul. Diberi barcode berupa stiker, lidah buku, kantong buku, kartu buku. Setelah itu dipajang di papan pajang dan semua judul buku-buku baru ditulis dikelas-kelas, dibantu anggota KCB dan Duta Pustaka.
Ada denda yang diterapkan ketika peminjam buku terlambat mengembalikan buku adalah berupa denda uang sebesar Rp 500,00 setiap hari per buku. Tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi untuk mendisiplinkan siswa. Jika siswa menghilangkan buku maka dibuku induk akan ditulis keterangan hilang. Dan buku yang diganti memiliki keterangan mengganti buku.
B. Saran
Adanya antusiasme siswa SMA Negeri 1 Lawang dalam membaca di perpustakaan, hal ini sebaiknya mendapatkan perhatian lebih dalam hal sarana dan prasarana yang lebih ditingkatkan lagi. Karena dalam hal lainnya perpustakaan ini sudah bisa dibilang sesuai dengan standard bahkan lebih baik. Hal yang perlu diperbaiki yaitu penambahan fasilitas computer dan juga penambahan kelengkapan pada bagian sirkulasi agar siswa yang akan meminjam dan mengembalikan buku tidak mengantri terlalu panjang. Kemudian untuk kenyamanan siswa lebih baik jika peralatan pada kursi baca diberikan sandaran demi kenyamanan baca siswa.
Pada penggunaan ruang diskusi lebih dimaksimalkan lagi. Untuk sarana yaitu gedung perpustakaan seharusnya dimaksimalkan karena salah satu ruang digedung milik perpustakaan justru digunakan untuk ruang kelas atau kegiatan belajar-mengajar sehingga perpustakaan lebih kecil dari seharusnya, yaitu sesuai dengan pedoman luas ruangan yang jika murid SMA berkisar antara 850-1150 siswa maka luas ruangan perpustakaan seharusnya adalah berkisar 300 m². (Bafadal: 2015).
DAFTAR RUJUKAN
Prastowo, A. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Jogjakarta: DIVA Press.
6 Desember 2018 pukul 16.16
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
6 Desember 2018 pukul 17.03
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^